MENU

Jumat, 04 April 2014

Mendikbud: Pendidikan Bencana Sudah Masuk Kurikulum 2013

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Musliar Kasim mengatakan pendidikan mengenai mitigasi bencana sudah ada dalam kurikulum 2013.

"Pendidikan bencana sudah ada di kurikulum 2013. Ada di setiap pelajaran," ujar Wamendikbud di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan pendidikan mengenai subtansinya ada di setiap pelajaran, misalnya, pendidikan mengenai lingkungan."Pendidikan mitigasi bencana juga ada di program sekolah aman."

Musliar menambahkan pendidikan bencana sangat penting karena Indonesia secara geologi merupakan negara bersabuk vulkanik yang dikelilingi cincin api yang melingkari bagian selatan dan timur.

Selain itu, Indonesia juga terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yakni lempeng Australia, Eurasia dan Pasifik. Tumbukan yang terjadi pada lempeng-lempeng itu menempatkan Indonesia sebagai negeri yang rawan bencana.

Program sekolah aman dicetus pada 2012. Program percentuhan dilakukan di lima provinsi, yaitu Sumatera Barat (Padang dan Padang Pariaman), Jawa Barat (Kota Bandung dan Kabupaten Bandung), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Sikka), serta Jawa Tengah (Rembang dan Grobogan).

Sebelumnya juga, ditandatangani Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana. Pedoman tersebut diluncurkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2012.
Download RPP2013

Senin, 17 Februari 2014

Download RPP 2013

Menjadi Guru ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang Berhasil

Dunia pendidikan adalah dunia yang terus mengalami perkembangan. Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk, makin bertambah pula jumlah anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Sejumlah anak lahir dengan kebutuhan yang berbeda dibanding anak-anak normal pada umumnya. Kondisi mereka mungkin mempunyai gangguan fisik atau keterlambatan perkembangan, ketidakmampuan untuk belajar, gangguan mental atau bahkan anak dengan tingkat intelegensia yang sangat tinggi.

Menjadi seorang guru adalah satu profesi yang mulia. Seorang guru atau pengajar bukan hanya sekedar orang yang menyampaikan ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu pengajar memiliki peranan untuk mengubah kehidupan seseorang. Pekerjaan mulia ini tidak bisa dibandingkan dengan pekerjaan apapun yang ada dimuka bumi ini. Terlebih menjadi guru abk (anak berkebutuhan khusus), maka perasaan bahagia ketika anak-anak didik mereka mampu menunjukkan perkembangan yang baik dalam kemampuannya tentu tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Untuk menjadi pengajar atau guru anak berkebutuhan khusus (ABK), harus melewati beberapa pembekalan pendidikan yang khusus. Pelatihan khusus yang diperuntukkan untuk mereka yang ingin berkarir di bidang pendidikan ini. Namun bukan hanya pelatihan atau pendidikan secara formal saja yang diperlukan, tapi lebih lagi diperlukan karakter khusus untuk bisa menjadi guru ABK. Seseorang yang memiliki karakter dengan tingkat kesabaran yang tinggi, tulus mengasihi anak-anak didik yang berkebutuhan khusus sesulit apapun kondisinya, akan cocok untuk menjadi seorang guru ABK.
Beberapa macam program tersedia untuk mereka yang tertarik menjadi guru ABK. Mulai dari pelatihan singkat sampai pendidikan dengan gelar diploma. Program yang ditawarkan pun tidak hanya sekedar teori tapi dilengkapi dengan praktek di sekolah-sekolah yang mempunyai kelas khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Namun sekali lagi tentunya mendapatkan gelar saja belum tentu cukup untuk menjadi seorang guru ABK yang berhasil.

Kesabaran, kreativitas, dan kemampuan mengorganisir yang baik sangat diperlukan. Terutama lagi adalah kemampuan untuk memahami perbedaan antar individu yang satu dengan lainnya, dan juga kemampuan untuk memotivasi anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan seorang guru ABK. Seringkali mereka yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, dan menghargai sekecil apapun pencapaian anak-anak didiknya akan lebih mudah dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang guru ABK. Namun tentunya tidak ada peraturan yang tertulis tentang hal itu. Seorang pendidik harus mempunyai dasar latar belakang pendidikan guru, namun untuk menjadi berhasil diperlukan intuisi dan kesabaran.

(sumber: http://cae-indonesia.com/menjadi-guru-abk-anak-berkebutuhan-khusus-yang-berhasil/)

Home Schooling, Metode Pendidikan Efisien

PERKEMBANGAN pendidikan di Indonesia saat ini sedang marak dengan hadirnya tren belajar di rumah (Home schooling). Saat ini home schooling sedang marak dibahas oleh media, meskipun metode pendidikan efisien yang bersifat kekeluargaan ini sudah muncul sejak lama.
Apakah yang ada di benak anda tentang home schooling? Bukan berarti anak-anak Indonesia menjadi seorang pemalas atau sekadar santai belajar di rumah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan, ada beberapa metode pembelajaran yang dapat ditempuh secara efi sien bahkan praktis. Salah satunya home schooling. Tapi apakah home schooling juga berpengaruh baik untuk mental anak-anak? Biasanya bagi yang menjalankan sistem home schooling, mereka mempunyai komunitas sendiri, dan dapat saling bersosialisasi. Meskipun menggunakan istilah home schooling, tidak melulu sang anak harus belajar di rumah.
Peran orangtua memang berpengaruh khususnya dalam bidang pendidikan anaknya. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh, misalnya kursus bahasa asing, kumon, dan sempoa. Kendala yang ada dan belum mendapat jawaban yang akurat adalah mengenai pengesahan ijazah dan sosialisasi. Apakah home schooling sudah diakui di Indonesia? Home schooling berarti tidak pergi ke sekolah dalam arti institusi (sekolah konvensional), namun materinya adalah yang diajarkan di sekolah konvensional. Begitu pun orangtua bisa memilih materi untuk pengajaran bagi anak-anaknya. Jadi tidak semua bahan pelajaran diberikan ke anak. Orangtua juga bisa ambil bagian, yaitu menjadi guru untuk sang anak, namun bisa juga memanggil guru dari luar untuk mengajar dan sebagainya.
Mereka yang memutuskan untuk menjadi home schooler biasanya sebagian besar orang-orang yang menerapkan sistem ini adalah orang orang yang pernah lama mengikuti pendidikan di luar negeri. Hal ini dilakukan karena kalau meneruskan sekolah di Indonesia biasanya membuat mereka turun kelas.
Home schooling atau sekolah di rumah ini semakin menjadi perhatian dalam dua tahun terakhir ini. Antara lain sejak begitu banyaknya orangtua yang merasakan bahwa suasana pembelajaran di banyak sekolah sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Bahkan dari sini muncul berbagai sekolah alternatif. Misalnya sekolah alam, yang mengajak siswanya belajar lebih banyak di alam. Anak tidak terlalu banyak belajar dalam ruangan yang serba kaku dan tertutup, namun lebih banyak berada di alam bebas. Ada pula sekolah alternatif lain yang membebaskan anak untuk belajar apa saja sesuai dengan minatnya. Di sini tidak ada kelas seperti halnya sekolah formal. Fungsi guru lebih pada membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya.
Masih banyak sekolah alternatif lain yang memiliki metode pembelajaran masing-masing. Intinya, anak dijadikan sebagai subjek kurikulum, bukan objek. Atau dengan kata lain kurikulum dan sekolah adalah untuk anak, bukan sebaliknya, anak untuk sekolah dan kurikulum! Di sini anak tidak terusmenerus belajar di rumah, namun bisa di mana dan kapan saja asal kondisinya betul-betul menyenangkan dan nyaman seperti suasana di rumah. Maka, jam belajarnya pun sangat lentur, yaitu dari mulai bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.
Di banyak negara maju, konsep persekolahan di rumah ini sudah mulai banyak dikembangkan. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, sudah banyak disusun kurikulum untuk persekolahan di rumah agar sistem pendidikannya memiliki konsep dan visi yang jelas. Tahun ini ada sekitar 1,8 juta anak di AS yang belajar dengan sistem persekolahan di rumah, dan diperkirakan tahun depan akan meningkat sampai sekitar 2,5 juta anak.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebetulnya sudah lama bangsa kita mengenal konsep home schooling ini, bahkan jauh sebelum sistem pendidikan Barat datang. Tengok saja di pesantren-pesantren misalnya, para kiai, buya, dan tuan guru secara khusus mendidik anakanaknya sendiri. Begitu pula para pendekar, bangsawan, atau seniman tempo dulu. Mereka pun mendidik secara pribadi di rumah atau padepokan masing-masing daripada sekadar mempercayakan kepada orang lain. Tak kurang para tokoh besar semacam KH Agus Salim, Ki Hadjar Dewantara, atau Buya HAMKA juga mengembangkan cara belajar dengan sistem persekolahan di rumah ini. Bukan sekadar agar lulus ujian kemudian memperoleh ijazah,  namun agar lebih mencintai dan
Tentang Pendidikan Alternatif:
Menurut Jerry Mintz (1994: xi) pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:
• Sekolah publik pilihan (public choice)
• Sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk)
• Sekolah/lembaga pendidikan swasta/independen dan
• Pendidikan di rumah (home-based schooling)
Sekolah Publik Pilihan adalah lembaga pendidikan dengan biaya negara (dalam pengertian sehari-hari disebut sekolah negeri yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang berbeda dengan program regular/konvensional, namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan).
Anggapan yang salah jika berpikiran kalau home schooler tidak mempunyai banyak teman dan tidak bisa bersosialisasi. Home schooler tidak ada bedanya dengan mereka yang bersekolah di sekolah umum. Mereka bisa tetap berteman dengan siapa saja, yang sebaya, mereka yang jauh lebih tua, kaya dan miskin. Setiap orang diberikan kemampuan untuk bergaul, tergantung caranya dan bagaimana. Meskipun ada komunitas home schooler, tidak membuat pergaulan antar home schooler dibatasi.
Mereka juga diberikan pembelajaran untuk bisa menempatkan diri di lingkungan dan berinteraksi dengan sesama karena adanya makna dari suatu hubungan tersebut. Apakah sekolah umum bisa menjamin keberhasilan? Intinya di sini, menjadi home schooler bisa tetap berinteraksi dengan orang lain.
Komunitas Home Schooling
Home schooling tidak hanya untuk anak-anak umum saja, tapi juga tersedia tempat pendidikan bagi anak autis. Di Indonesia terdapat yayasan pengembangan anak Indonesia, “Indriya Foundation” sebuah yayasan yang bergerak di bidang home schooling yang khusus memberikan pendidikan alternatif bagi anak autis dan anak-anak yang sulit berpikir. Yayasan yang kurang lebih sudah lima tahun didirikan ini mempunyai misi untuk tetap memberikan pendidikan yang layak bagi anak autis serta menjadi wadah untuk mereka bersosialisasi seperti anak lainnya. “Meskipun kita tidak bisa berharap lebih dari mereka, minimal di sini mereka bisa mendapatkan ilmu dan lebih ditonjolkan keahliannya,” kata Anita, Sekretaris Indriya Foundation. Ketika ditanya mengenai diakuinya pendidikan home schooling bagi anak autis saat ini, Anita mengatakan, “Memang belum banyak yang mengetahui tentang pendidikan bagi anak autis saat ini, tapi bukan itu yang penting, yang penting adalah mereka mendapatkan suatu wadah di mana mereka bisa berinteraksi dan mendapatkan ilmu,” kata Anita.
Di AS, home schooling telah dilaksanakan baik lokal maupun nasional. Organisasi Home Schooling yang bersifat nasional di AS adalah Islamic Home School Association of North America ((IHSANA), Jewish Home Educator’s Network, and National Institute for Christian Home Education.(kiki)
(sumber: http://kabarinews.com/home-schooling-metode-pendidikan-efisien/1728)

Sabtu, 11 Januari 2014

Pendidikan di Indonesia alami pergeseran

Sindonews.com - Pendidikan di Indonesia harus kembali ke tujuan awalnya. Sebab saat ini pendidikan sudah mengalami pergeseran sebatas pada pembelajaran belaka.


Pendidikan seharusnya tidak hanya sebagai transfer ilmu dan pengetahuan namun juga ada teladan dan pendidikan sikap didalamnya," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Baskara Aji disela-sela pameran, pentas seni pelajar, dan mahasiswa dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kantor Disdikpora DIY, Rabu (1/5/2013).

Pergeseran tujuan pendidikan itu, menurut Aji, akan membuat layanan pendidikan menjadi tak maksimal. Peserta didik hanya akan mendapatkan ilmu tanpa ada nilai-nilai keteladanan budi pekerti dan akhlak dari para guru.

Dengan diterapkannya Kurikulum 2013, diharapkan pendidikan bisa kembali ke tujuan awalnya. Dalam kurikulum tersebut, beban guru dikurangi sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk bertatap muka dan memberikan pengamalan keteladaan nila-nilai luhur pada peserta didik.

"Dalam implementasi kurikulum baru, silabus dan buku teks sudah disiapkan pemerintahsehingga guru akan mempunyai lebih banyak waktu bersama peserta didiknya, tidak hanya di kelas," ungkapnya.

sumber : http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/02/15/744138/pendidikan-di-indonesia-alami-pergeseran

Kamis, 26 Desember 2013

Gelar demo, ratusan siswa SD di Solo dukung penghapusan UN



Merdeka.com - Ratusan siswa SD Islam Al Fattah, Solo, Jawa Tengah menggelar aksi demonstrasi di depan Gelora Manahan, Senin (9/12). Mereka mendukung dihapuskannya Ujian Nasional (UN) dan kebijakan tidak tinggal kelas.

Sebagai gantinya mereka menuntut pemerintah membebaskan sekolah untuk mengadakan Ujian Sekolah (US). "Saya senang tidak ada UN lagi, tidak takut lagi kalau harus tidak naik kelas. Kan malu kalau tak naik kelas," ujar Fahma, siswa kelas 5.

Senada, Nadiva siswa kelas 6 mengaku senang, UN untuk SD dihapuskan. Dia juga menyambut baik kebijakan tidak tinggal kelas bagi siswa kelas 1 sampai dengan kelas 5.

"Senanglah kalau ujian nasional diganti ujian sekolah, karena yang membuat soal sekolah kami sendiri," ucapnya.

Sementara itu, Kepala SD Islam Al Fattah Surakarta, Warsito Adnan mengatakan pihaknya menduga UN hanya menjadi proyek dan terindikasi sarat korupsi. Sedangkan kebijakan tinggal kelas bagi siswa SD akan berdampak pada psikis dan mental.

"Sekolah sudah sangat siap untuk menyelenggarakan ujian sekolah sendiri. Mulai dari menyiapkan naskah soal sampai mencetaknya. Dana BOS juga cukup digunakan untuk operasional ujian," katanya.

Pantauan merdeka.com para siswa memulai aksinya dengan berjalan kaki dari dalam Stadion Manahan pintu gerbang Gelora Manahan. Di sepanjang perjalanan mereka menggelar poster kreasi masing-masing.

Mengakhiri aksinya, para siswa meluapkan kegembiraan atas penghapusan UN dan tinggal kelas dengan menerbangkan replika pesawat dari kertas.